Rabu, 16 Desember 2015

# Save Bethesda# Jangan Jual saksi Perjalanan Hidupmu

# Save Bethesda
Jangan Jual saksi Perjalanan Hidupmu
Cc:  Bapak dan Ibu Partongah GKPS dan jajarannya.

Dengan Hormat, 
Masih jelas diingat bagaimana inti dari surat terbuka ku..
Harapan bahwa Rumah Sakit Bethesda sebisa mungkin dihidupkan kembali. Sangat jelas dalam surat terbuka, aku bertanya kemana pertolongan pertama kami saat sakit yang mendesak?? 

Sekarang, salah satu pegawai rumah sakit Bethesda sudah mengalaminya, dia  mengandung anak keempat, namun setelah dilahirkan kondisi adik bayiku kurang sehat, mengharuskan dalam perawatan.
Adikku (bayi)  dirawat  di luar Saribudolok dan setelah kondisi semakin baik mereka pulang ke Saribudolok.  Setelah pulang dari rumah sakit  beberapa hari kemudian kondisi adik tersebut tidak sebaik yang diharapkan. 
Iya.. Dia juga sakit kembali.. Akhirnya adik tersebut dibawa ke sebuah klinik. 
Namun, apa mau dikata??? Hidup adikku selasai. Dia meninggal di sebuah klinik.
#Terimakasih kak, untuk mengijinkan kejadian ini dibaca khalayak ramai (NN) No Name, 
Mungkin diantara anda ada yang lebih mengetahui bagaimana kronologinya  adikku itu)

Apakah dia meninggal karena peralatan yang minim?
Apakah dia meninggal karena kurang mendapat pengobatan yang maksimal?
Oke.. mungkin kamu (si pembaca) berpikir bahwa itu sudah waktunya dia meninggal.. Iya aku paham bahwa hidup dan mati sudah digariskan oleh Tuhan Yesus.
Namun, aku sangat percaya Upaya, Usaha, Doa, dan Pengobatan yang maksimal akan membantu dalam penyembuhan.
(Paling tidak memberi waktu sedikit lebih lama untuk bertahan)  

Mungkin kamu bertanya kenapa tidak dibawa lagi keluar kota??
Iya.. Pertanyaan yang menarik..
Namun aku akan balik bertanya, 
Apakah si pasien atau adikku (bayi) tersebut akan sanggup untuk bertahan dalam perjalanan?  
Meskipun jarak tempuh 60 menit, tentu saja jarak tempuh tersebut terbilang sangat lama untuk keadaan membutuhkan pertolongan kesehatan.
Adikku (bayi) itu orangtuanya adalah salah  satu pegawai Rumah Sakit Bethesda, yang rumah sakitnya sudah diumumkan resmi ditutup tanggal 01 November 2015 kemaren.
Maka, kembali saya bertanya kepada Bapak dan Ibu yang punya wewenang dalam rumah sakit atau GKPS..
Kemana kami akan pergi mendapatkan kesembuhan?  
Surat terbuka saya  mengatakan bahwa "aku  sangat takut keluarga intiku, temanku, saudaraku bahkan tetanggaku terlambat dalam penyembuhan." Sekarang, sudah terlanjur..
Lantas, Sama siapa harus marah?????

Hal yang paling menyedihkan dan sangat menampar, semua pegawai dan perawat yang belum diberikan hak gajinya selama 9 bulan.
Lantas, Bagaimana bisa bertahan hidup (termasuk dalam biaya berobat)???
9 bulan belum diberi hak, dengan upaya perawat beberapa kali menemui Bapak yang bersangkutan mempertanyakan “bagaimana ini”.
Namun jawaban beliau  “angin surga” . 
Sering dalam kehidupan pertemananku dikatakan PHP (Pemberi Harapan Palsu),  aku harap ini tidak berlaku pada kita :)
Kenapa?
Menunggu Tidak seasyik yang dibayangkan.

Sekarang bulan 12, Natal bukan?? Iya!!!
Anda mungkin sudah merencanakan dekorasi suasana rumah yang baru, gorden yang baru, posisi pohon natal terletak dimana, terlebih anda mungkin sudah menyiapkan beberapa kue untuk bulan ini. Wowww... Pernahkah berpikir para pegawai yang belum diberikan haknya merasakan seperti yang Bapak dan Ibu rasakan sekarang?  Jangankan menganti gorden baru, mereka dengan “bijak-bijak” mengelola keuangan agar putra-putri mereka cukup mendapat baju dan sepatu baru. 

Menunggu hampir satu tahun, dengan surat permohonan yang ketiga akan mendapat jawaban pada tanggal 11-12-2015. Dengan harapan status pegawai diberitahu dan hak pegawai juga diberikan.
Sekarang sudah tanggal 16-12-2015, bagaimana kejelasannya?  
Apakah pegawai diberhentikan sementara, apakah pegawai di PHK, atau apa? 
Bolehlah kami  mendapat penjelasannya sekarang Bapak dan Ibu yang terhormat. 

Mungkin ada yang berasumsi “tokeh do parsaribudolok” “sapardiana pe lang gajion”..   
Bukan perkara besar dan kecilnya upah yang mereka dapatkan, Bapak dan Ibu yang terhomat. Ini bagaimana menghargai pekerjaan orang lain.
Sama seperti anak kecil yang saat disuruh membeli rokok panggii-annya (paman), ketika kembalian uang  seribu  yang sudah dijanjikan diberikan kepadanya, maka dia akan melompat kegirangan, berlari ke warung dan berjajan.  Namun, saat  uang seribu tidak diberikan maka dia akan menangis dan merengek. 
Bukankan pemahamannya sesederhana itu? 

Dalam www.gkps.or.id  Yayasan Kesehatan Bethesda diubah menjadi Badan Kesehatan GKPS sesuai Surat Keputusan Pimpinan Pusat GKPS No.1358/1-PP/2002,sejak tanggal 06  Agustus 2002. Artinya  Badan Kesehatan GKPS merupakan alat kelengkapan di dalam GKPS yang dibentuk dalam rangka memenuhi dan meningkatkan pelaksanaan tugas.
Jadi,  siapapun yang bersangkutan dalam GKPS  menanggung alih dalam kebaikan Rumah Sakit Bethesda, yang merupakan salah satu tugas GKPS . 
Bukankah demikian?
Saya pikir sekarang tidak ada lagi kalimat “ini bukan tanggungjawabku”
Menggelitik sekali jika mendengar pernyataan itu.. 

Dengan kerendahan hati saya  memohon kepada Tim Advokasi atau Bapak Ibu yang terhomat dalam GKPS agar menyelesaikan masalah ini.. 

Tertulis dalam http://www.gkps.or.id/peraturan/ruhut-paminsangon bahwa Tata Gereja  GKPS memiliki kewenangan kepada siapapun yang melakukan pelanggaran perbuatan dosa atau perilaku lainnya yang tidak sejalan dengan firman Tuhan  yang berkenaan dengan Ajaran (Haporsayaon), Organisasi, Pelayan, Perkawinan, Perzinahan dan Kejahatan (BAB III Pasal 4).
 Bagi yang melangar peraturan dapat ditegur,  dijadikan anggota siasat atau dikucilkan (Pasal 5).
Bolehkah Majelis Gereja memberikan penjelasan lebih lanjut?

Kupikir, sekarang bagaimana undang-undang ketenagakerjaan yang akan memberi penjelasan akan pasalnya. Bolehkah semua Pemuda atau Bapak Ibu yang mengetahui sudut pandang hukum memberi pandangan? 

Hal yang paling sederhana,
Jika memang Rumah Sakit ini ditutup, berikan kejelasannya akan jadi apa Rumah sakit Bethesda ini? 
Apakah Karyawan Rumah Sakit di PHK atau diberhentikan Sementara?
Dan Bagaimana dengan Hak Mereka?

Sekali lagi, dengan Kerendahan Hati  saya sangat memohon kepada Tim advokasi dan petinggi-petingi (partongah)  yang ada di GKPS tolong bantu kami.. Saya tidak memiliki kepetingan apapun dalam ini.

Aku paham akan ada pro dan kontra, ada yang suka ada yang tidak.
Maka, Saya sangat memohon tolong pertimbangannya, jikapun "harus"  ditutup berikan penjelasan tindak lanjut apa yang akan Bapak dan Ibu lakukan untuk Rumah Sakit ini, dan berikan orang tua kami kejelasan status dan haknya.. 
Pertolongan Pertama kami ada dalam,
 Harapan hidup kami juga ada di dalam itu :) #Bethesda
Terimakasih.. 




Selasa, 01 Desember 2015

“Surat terbuka RS Bethesda" Cc: untuk siapapun anda yang bersangkutan


    Rumah Sakit Bethesda 
Rumah Sakit Bethesda dibawah naungan GKPS, Artinya Filosofi mereka juga sama yaitu, bagaimana “Rumah Sakit dan GKPS” bisa melayani bukan hanya pada jemaat GKPS namun kepada semua masyarakat.

Untuk orang yang tinggal di kecamatan Simalungun siapa yang tidak tau Rumah Sakit Bethesda? Aku lahir tahun 1992, aku dilahirkan dirumah sakit ini. Aku juga bisa berasumsi bahwa kalian yang membaca lahir disini. Bagaimana tidak? Ini satu-satunya Rumah Sakit yang ada di Saribudolok. Jika pun kalian lahir di kota lain atau di klinik lain aku yakin bahwa rumah sakit ini punya hubungan secara emosional dengan kalian. Mungkin keluarga inti, saudara, teman bahkan tetangga kalian    
“Pernah Sembuh dari RS Ini”. 

Rumah Sakit ini tempat paling besar dan nyaman di Saribudolok, bahkan  ketika aku masih  kecil, ini tempat aku bermain. Aku berpikir ini juga terjadi pada kalian, namun semua akan jadi kenangan. Kenapa bisa? Rumah Sakit ini resmi ditutup. 
(alasaanya akupun tidak tau, aku berharap yang bersangkutan dapat menjawab).
 
Sangat kuat di ingatan bagaimana tiap pulang sekolah saat SD selalu bermain disini, berteduh dibawah pohon, duduk di rumput yang begitu nyaman, bisa bermain, melihat bunga, tanpa larangan  hanya sering yang perawat ucapkan “Sssttt, Jangan Ribut”. 

Saat TK Bethesda juga dibuka menjadi rasa yang luar biasa, bagaimana anak yang tinggal di kampung juga ikut merasakan bermainan ayunan, bagaimana berlari-lari saat mengejar belalang dan bermain binatang yang namanya seingatku disebut dengan “lesset”. (Meskipun aku bukan lulus dari Tk ini, tapi saat aku SD masih bisa merasakan bermain disana). Kupikir kita merasakan yang sama untuk kakak dan adik yang usianya tidak jauh dari kelahiranku.

Selalu timbul dalam pertanyaanku bagaimana rumah sakit ini bisa di tutup, dengan awalnya fasilitas terbilang cukup lengkap. 3 tahun lalu aku pergi menjenguk keluarga di rumah sakit swasta di kota medan ini, saat aku berada disana dua taun lalu dengan lantang ku ucapkan kepada kakak ku “Jauh lebih hidup Rumah Sakit Bethesda meskipun itu di kampung.”

Aku tidak memiliki kepentingan politik dalam hal ini, ini tidak ada hubungan dalam pemilihan Bupati nanti. Aku dan bahkan keluarga intiku  juga bukan bagian tim sukses, aku juga bukan bagian yang bekerja di GKPS. Aku hanya masyarakat Saribudolok dan GKPS yang sangat mempertanyakan “Bagaimana ini terjadi”

Aku pernah berpikir jika rumah sakit ini tutup, bagaimana nanti jika keluarga, saudara, tetangga, teman bahkan adik-adikku sakit. Kemana kami akan pergi? Oke mungkin kamu menjawab Klinik. 
 Iya.. aku juga setuju. 

Hal kwatir yang paling besar dalam diriku, bagaimana jika keadaan sakit yang mendesak, yang diharuskan harus operasi? Masih kah berani mengatakan ke klinik dengan peralatan seadanya. Haruskah menunggu waktu satu jam perjalanan keluar kota? Yakin dan Pastikah si Pasien sanggup bertahan di dalam perjalan?

Sekali lagi ku tekankan aku tidak ada mengambil keuntungan  dalam ini, aku hanya berpikir jika nanti keadaan sakit seperti itu terjadi dengan keluarga intiku. Sama siapa aku harus marah? Siapa yang mau ku tuntut? Jawabannya: Gak ada. Mungkin aku hanya menyalahkan diriku sendiri kenapa aku tidak pernah mengupayakan orang-orang disekitarku menghidupkan rumah sakit ini.  

 

Aku memang anak dari salah satu perawat dalam Rumah sakit ini. Okee.. Jika kamu mungkin berpikir aku menulis ini karena mamakku kerja di dalam. Come on guys.. Usia mamakku sudah 54 tahun yang sebentar lagi akan pensiun :)
Satu tahun terakhir belakangan ini, seringkali mamakku dirumah mengatakan “rumah sakit akan ditutup” dan selalu kujawab “yaudahlah mak, bersyukur kita rumah sakit ini tutup saat kami sudah besar”.
Terlihat egois bukan? Aku melakukan itu menguatkan mamakku agar dia tidak terbebani. 
Tapi apa yang terjadi?
Tiap malam aku berpikir, bagaimana anak perawat lainnya yang masih duduk di bangku Sekolah Dasar? Mereka belum paham. Yang mereka paham mereka hanya anak yang orangtuanya bekerja dirumah sakit Bethesda,

Dalam keadaan rumah sakit yang hampir diujung tanduk, para perawat tetap bekerja dengan menggunakan shiff yang biasa mereka lakukan.
(Aku yakin ketika aku di Saribudolok bukan hanya aku yang melihat upaya mereka).

Para perawat masih mengadakan shift pagi, sore dan malam.  Mereka shiff pagi bekerja 2-3 orang, sore juga demikian dan yang shiff malam dua orang. 
Pernahkan berpikir dengan jumlah perawat yang hanya dua orang pada malam hari?  Mereka dengan baik menjaga rumah sakit tersebut. 
Padahal kamu tahu bagaimana rawannya malam? Bagaimana ruangan terbuka yang siapapun bisa masuk ke dalam rumah sakit tersebut? 
Lantas, Dengan  siapa harus kutanya, Bagaimana yang bersangkutan menghargai upaya apa mereka lakukan?

Aku memang tidak paham bagaimana keseluruhan yang terjadi didalam sistem rumah Sakit ini, makanya aku bertanya kepada yang bersangkutan. Tapi, aku sering melihat dan mengetahui sedikit banyaknya upaya yang mereka  lakukan untuk menghidupkan rumah sakit ini.

Mungkin pertanyaan yang biasa dan sulit dijawab. 
Dimana semua fasilitas rumah Sakit ini? 
Kenapa bisa rumah sakit kosong? 
Bagaimana bisa rumah sakit ini ditutup? 

Oke.. Mungkin kalian bertanya kenapa sekarang ini aku publikasikan? Yups.. Awalnya akupun tidak peduli, aku mengabaikan berlalu hampir setahun. Tapi salah satu orang tua di kampung (Nanturang Sri Saribudolok)  menggerakkan siapapun putra putri mereka yang ada diluar kota,  agar membantu mereka agar jangan ditutup rumah sakit ini. 

Tamparan paling kuat ketika orang tua yang terlebih dahulu maju daripada aku, kamu dan kita yang sudah diberi pendidikan yang luar biasa. Dan, aku tidak mau bagian keluargaku, saudaraku, tetanggaku, temanku merasakan terlambat dalam penyembuhan. Dan paling penting  aku sangat mencintai kampungku  dan sangat mengucapkan Terimakasih menjadi saksi perjalanan  masa kecil dan remajaku. Yaaaa... Saribudolok!!!!!